Categories: Berita
Published September 1, 2016

Warga dari 4 desa, yaitu Desa Gamping, Desa Ngentrong, Desa Gedangan, dan Desa Sawo  Kecamatan Campurdarat, Jum’at 19 Agustus 2016 pagi menggelar upacara adat Ulur-ulur.

Upacara adat Ulur-ulur dilaksnakan di Telaga Buret Desa Sawo Kecamatan Campurdarat, sebagai ungkapan wujud syukur warga masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena, hingga saat ini air telaga Buret tak pernah surut dan bisa terus mengairi sawah dan ladang warga di wilayah 4 (empat) desa tersebut, sehingga tidak terjadi paceklik.   

Ulur–ulur dilaksanakan rutin setiap tahun, tepatnya pada Jum’at Pon atau Jum’at Legi bulan Selo penanggalan jawa. Ulur-ulur diisi dengan berbagai pertunjukan budaya  menarik dari warga, diantaranya kesenian Reog Tulungagung dan pawai budaya.

Dalam prosesi upacara adat yang diwujudkan dengan bentuk kenduri bersama di sekitar telaga ini, dilanjutkan dengan  adat tabur bunga di dalam telaga sebagai simbol pelestarian lingkungan.

Menurut salah seorang warga yang menyaksikan jalannya upacara adat Ulur–ulur, bayu aji, kegiatan ini perlu dilakukan dan dilestarikan pada setiap tahunya, mengingat  kalau bukan kita siapa lagi yang akan meneruskan tradisi budaya bangsa kita semacam ini “Kalau tidak dilestarikan mungkin dimasa yang akan datang kita tidak mempunyai budaya bangsa kita semacam ini,“ ujarnya. 

Sesepuh paguyuban Sendang Tirto Mulyo menuturkan bahwa tradisi upacara adat Ulur-ulur ini merupakan tradisi tahunan yang diselenggarakan warga empat desa di kecamatan Campurdarat. “Setiap tahun, warga Sawo, Gamping, Gedangan, dan Ngentrong selalu melakukan tradisi ini, karena telaga buret ini dianggap sumber kehidupan dari warga sendiri, selain itu acara ini juga untuk melsetarikan peninggalan leluhur,“ ucapnya.

Sesepuh paguyuban ini juga mengatakan bahwa fungsi dari telaga buret sejak dulu dan turun temurun memang sebagai sumber air bagi lahan pertanian warga setempat. “Karena itu, tradisi ini juga dianggap sebagai ungkapan wujud syukur warga atas Tuhan yang Maha Esa yang telah memberi  anugrah berupa sumber air yang tidak pernah surut meskipun sedang terjadi kemarau panjang,” ujarnya.

Sementara itu, menanggapi budaya adat yang dilakukan oleh warga empat desa di kecamatan Campurdarat tersebut, Bupati Tulungagung Syahri Mulyo, SE. M.Si, mengatakan, bahwa acara semacam ini menjadi agenda rutin tahunan bagi warga dan perlu didukung kelestarianya sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Tulungagung ke luar daerah. ”Apalagi animo masyarakat sekitar begitu besar untuk menyelenggarakan budaya Ulur–ulur ini,“ ucap Bupati. (nug/humas)

Pos Terbaru